Pada tanggal 7 Maret 2012 pukul 4:41:11 pm waktu handphone saya, saya
menerima sms panjang dari Korrie Layun Rampan, pendiri dan pengelola Pusat
Dokumentasi Sastra Korrie Layun Rampan dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan. Beberapa
waktu sebelumnya, saya mengirim buku saya ke beliau dan berturut-turut hadirlah
komen-komen berikut:
Pewaris Tunggal Istana Pasir
merupakan kumpulan puisi penyair yang telah menemukan bahasa. Sebagai buku yang
memperoleh nominasi award, PTIP mewariskan pengucapan kuat yang indah dan
terjaga dalam kejayaan puitik yang merangkumi masa lalu, masa kini, dan masa
depan.
(Korrie Layun Rampan, Sastrawan, Pendiri dan pengelola PDS Korrie Layun
Rampan dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan).
Pukul 05:00:05 pm, muncul lagi komen tentang Buku Harian Pejalan Tidur.
Buku Harian Pejalan Tidur
memberi ruang kepada pembaca untuk terlibat dalam imajinasi penyair dalam
merekonstruksikan imaji dalaman lewat baris-baris sajak yang inspiratif tentang
dunia kerja, iman, serta kehidupan dunia dan surga.
(Korrie Layun Rampan, Sastrawan, Pendiri dan pengelola PDS Korrie Layun
Rampan dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan).
Pukul 05:17:54 pm, muncul komen terhadap buku Parodi tentang Orang yang
Ingin Bunuh Diri dengan Pistol Air.
Pistol Air merupakan ancaman
imajinatif yang berbicara tentang lelucon dan parodi kehidupan. Eksistensi ada
karena hidup ada. Hidup itu indah dalam gelak tawa ria daripada giris kematian
yang meninggalkan tangis derita. Sajak-sajak ini menanamkan kesan sangat
penting dan perlu untuk menata kehidupan masa depan.
(Korrie Layun Rampan, Sastrawan, Pendiri dan pengelola PDS Korrie Layun
Rampan dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan).
Namun, diluar komen-komen itu, yang bikin dahi berkerut dan perasaan membuncah, antara rasa malu dan kecamuk tanya: apa iya? Kenapa bisa begitu? Benarkah? Bagaimana bisa sampai ke
kesimpulan itu? dan lain sebagainya. Ternyata saya justru senang dengan sms
berikutnya yang singkat saja: Aku senang
pada sajak2mu. Hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar